Kembali lagi ke perlintasan jalan, dan akhirnya kami sampai di persimpangan saleman, untuk menuju Saleman, kami harus menempuh jalan sekitar 8 km, ada dua cabang jalan sebelum ke saleman, lurus terus itu ke gale-gale, kekanan adalah kanan itu perkampungan Saleman, Sampai di persimpangan akhirnya kita bertemu medan yang cukup berat, jalanan non aspal dan ban yang baru bocor memaksa kami jalan dengan hati-hati. Di perjalanan terdapat pemandangan yang tak kalah menarik, yaitu adalah adanya burung-burung endemik khas Saleman, Sawai, yaitu burung berekor, wananya hitam putih, dan suaranya agak mirip burung beo tapi sedikit berat, namanya burung lusiala, yang kami lihat di dahan-dahan pohon sekitar jalan menuju saleman,
DAN AKHIRNYAAAAAAAA....
Pintu Angin ,Saleman
Selamat Datang Di Negeri Saleman.
Sampailah di puncak pintu angin, lautan luas, pemandangan karang, dan lautan biru ,serta pantai Ora sudah kelihatan, Salah satu destinasi andalan adalah ora beach, sebuah resort milik salah satu mantan pejabat di provinsi Ambon. Untuk menuju ke ora beach kita harus menyeberang dengan menggunakan perahu (kecil) kating-ting, Long boat, atau speed boat. Namun untuk menuju kesana kita harus melalui pelabuhan perkampungan Negeri Saleman, sebuah perkampungan pesisir Muslim yang ditinggali sekitar 500 kepala keluarga, Perkampungan ini ditutupi oleh lembah batu yang menjulang tinggi atau berada di pelataran kaki Pegunungan Roulessy, Seram Utara, Rumah-rumah sederhana tersebut diapit oleh teluk Saleman.
Perkampungan Pesisir Saleman
Salah satu Burung Endemik Sekitar Saleman (cantikss bingitss)
Petualang Nekat
Bahkan ketika petasan dibuyikan suaranya sangat terdengar jelas, karena pantulan suara di bebatuan. Desa ini masih merupakan daerah Pedesaan yang sederhana. Bahkan fasilitas listriknya pun belum ada, terdapat sebuah Masjid besar satu-satunya di daerah ini. Waktu itu sudah pukul 13.00 WIT. Kami sudah berencana untuk Segera melanglang buana mengarungi objek wisata tersebut.Ketika bertanya tentang harga perahu penyeberangan kami terkejut karena biayanya yang cukup mahal. Harga untuk menyewa perahu kecil untuk mencapai ora adalah Rp, 300 ribu rupiah, long boat 500 ribu, dan speed boat kapasitas 6 orang Rp. 750 ribu rupiah, padahal kami berniat mengelilingi ora beach, tebing batu, dan air belanda, ditaksir dengan menggunakan perahu paling kecil saja untuk mengelilingi ketiga objek tersebut sudah mencapai harga Rp. 500 ribu rupiah, akhirnya rencana sempat diurungkan. Dengan kecewa dan putus asa serta suasana hati yang gundah gulana hari menjelang malam, kami memilih untuk tidur di salah satu pos militer
Salah Satu Pemandangan bentang Alam Pegunungan Roulessy Dari Perahu
Ora beach dari dermaga
Aquarium Alam Di ora
Keasrian Alam Di ora
Seorang bapak datang dan menyapa kami, si Bapak mengira bahwa kami adalah Aparat hendak bertugas didaerah itu. Si bapak dengan murah hati bertanya dan menawarkan kami untuk tinggal di rumahnya, bersyukur atas tempat tingggal tersebut. Besoknya kami ditawarkan untuk naik kapal nelayan lokal, hanya dengan 300 ribu rupiah kami diajak oleh pak Mahmud sang empunya kapal untuk berkeliling ,mulai dari tebing Hatu Pia, Ora Beach dan Pantai Air Belanda. Segera naik ke kapal, dan berangkat beberapa meter saja dari pinggir pantai pemandangan karang sudah terlihat jelas, luar biasa karya Tuhan yang Maha Kuasa.
Ora Beach Eco Tourism
Saya kembali mengagumi kebesaran Tuhan yang Maha Esa, hingga kami menjelajahi Ora Beach, What a View,,, Stuninggg ningg ninggg,,, Keren luar biasa, tempat sepi yang hanya memiliki beberapa kamar penginapan ini tergolong eksklusif, sangat susah dijangkau lokasinya, sehingga tempat ini terjaga keasriannya. "Luar biasaaa, fantastisss"...!!
karang-karang di lautan bagaikan kebun sayuran, hehehee. Seketika mata tertegun memandangi ikan-ikan yang berkeliaran kesana-sini, yang asik bermain diantara karang-karang. Perjalanan jauh yang kami tempuh ternyata tidak sia-sia, Saaaaaangat indah. Tempat ini layak dijadikan salah satu pariwisata andalan di Indonesia, bahkan bagi saya pribadi tidak perlu lagi ke tempat-tempat di Luar Negeri, masih ada banyak Potensi di Negeri kita yang tercinta ini. di Indonesia semua ada....
Setelah beberapa jam menikmati Ora, kami kembali ke perahu dan tujuan selanjutnya adalah Tebing Hatu Pia, Tebing Ini merupakan tebing curam di pinggir pantai, yang dibawahnya terdapat karang-karang yang luar biasa indah juga, airnya bening sampai ke kedalaman 5 meter, karang juga masih terlihat jelas. Sayangnya banyak tangan-tangan jahil yang mencoret-coret dinding tebing ini, untuk sekedar meluapkan ekspresi lewat cat-cat tak berguna.
Pak Rey dan Pak Mahmud
Tebing Hatu ,Pia
Dari tebing Hatu Pia kami lanjut ke salah satu wisata yang fenomenal, yaitu air belanda. Disebut air Belanda karena daerah ini dulunya adalah daerah pelarian RMS dan Orang Belanda yang menemukannya, keunikan dari tempat ini adalah air pertemuan antara air gunung dan lautan, penduduk sekitar menyebutnya salobar, yang berarti payau. Air ini sangat dingin karena berasal dari pegunungan dan sumber air yang ditutupi oleh pohon-pohon yang sangat lebat, sampai-sampai ada yang menempatkan air minuman kedalamnya dengan sengaja untuk mendapat minuman yang segar.. LUAR BIAASA, pak Mafmud juga sempat mengajak saya ke kebun pala yang tumbuh liar. Sangat kaya maluku ini, alamnya, satwanya, khususnya kekayaan wisata lautnya.
Tampak penginapan bagian dalam untuk couple suite
Ora Resort
Ora Resort Di atas Karang laut
Saya Bersama nakhoda,, yakkh,, hahha
Menjadi pengalaman yang begitu berarti bagi saya, kesempatan langka ini menjadi kenangan dalam hati ,rasanya tenang dan damai, luar biasa karya Tuhan.......
Akhirnya saya ucapkan terima kasih buat Mas Rey, Pak Mafmud, Pak Zakir , Pak Eidar, Ibu Ida, dan Mama Salamah. God Bless...................
Bang Agus dicari mas Dani.. hehehehe
ReplyDelete