Sebelumnya saya berbicara bukan sebagai seorang ahli filsafat, ahli theologia, saya hanya berbicara sebagai seorang awam semata, saya tidak berbicara dalam satu sudut pandang keagamaan, namun lebih berpikir dalam kesadaran saya sebagai manusia yang hidup diantara miliaran makhluk hidup di dunia ini.
Sebab menjadi suatu hal yang sangat saya hindari ketika harus berdebat tentang suatu agama, karena saya tahu itu tetap menjadi suatu "misteri keilahian", yang manusia sesuci apapun menurut manusia itu sendiri, tidak akan dapat menjawab semua pertanyaan tentang misteri keilahian itu. Saya tertarik dengan salah satu penulis di blog yang saya temukan ketika iseng mencari referensi tentang keagamaan, mengenai universalitas agama. Setiap agama adalah mengklaim sebagai suatu agama yang universal, namun tak tampak dalam prakteknya yang terkesan sektarian dan sektoral, dapat dilihat dalam mata telanjang dan praktek dalam kehidupan sehari-hari. apakah benar sang Tuhan pemilik jagad sangat mudah untuk dikotak-kotakkan, sesuai dengan keinginan suatu bangsa? apakah benar Tuhan mendiskriminasikan suatu bangsa atau golongan diatas Kebijaksanaannya dan Maha Adilnya? sungguh pelik dan tak berujung ketika ketika memilah agamamu, agamanya, agama mereka, dan sebagainya. Bukankah manusia Ini hidup dalam satu dunia? bukankah jenis manusia ini hanya satu? apakah nafasku menggunakan oksigen sedangkan nafasmu nitrogen? apakah minumanku air sedangkan minumanmu pasir? sangat pelik ketika kisah penciptaanmu berbeda dengan kisah penciptaan ku. "menyatakan ini bumimu dan bukan bumi kami, atau ini bumi kami dan bukan bumimu,"apakah jawababnya?
Menurut salah satu penulis blog dongeng budaya, Tuhan dalam setiap Agama adalah suatu "konsep atau gagasan", hanya saja, gagasan tentang Tuhan itu berbeda dengan gagasan tentang sesuatu selain Tuhan. Gagasan itu hanya bisa dieksplore dengan kekuatan pikiran dan hati nurani kita sendiri (higher self ). Jadi hal utama dan pertama yang harus dilakukan untuk memeluk agama universal adalah menghampiri/mendekat.
Sampai akhirnya menyatu dengan Higher Self nya masing-masing. Higher Self itulah yang menjadi Dia yang meliputi segala sesuatu di alam semesta yang tidak terbatas itu. Higher Self itu adalah AKU yang selalu memberikan pengajaran/bimbingan tentang apapun yang ada di bumi ini. Sangat menarik memang pemahamanan beliau ini dengan keuniversalan dari suatu Agama itu. Dan saya sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Saya meyakini manusia lah pembentuk/pembuat Agama tersebut, yang melekat secara "sporadis", dan manusia melaksanakannya dengan keyakinan, dan keyakinan tersebut lah yang menjadi substansi dari agama tersebut. Agama hanya sebagai identitas, keyakinan itu kita olah dan kita pahami di dalam hati nurani dan suara hati kita lah yang menuntun untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk berdasarkan apa yang kita ilhami dari suatu agama. Kita hanya manusia biasa, dan kita harus menerima derajat itu dengan hati yang legowo. Di dalam derajat itu kadangkala kita melakukan "pembiasaan" terhadap keyakinan itu sendiri dengan pemikiran yang super sempit. Ketika terdapat suatu ajaran yang kita pikirkan dengan menggunakan logika sempit tanpa mengolahnya dalam rasa dan keyakinan tentang kesamaan derajat kita di bumi ini. Kita goyah dan melakukan penegakan keyakinan tanpa adanya rasa "kemanusiaan". Kita menyamakan konflik yang terjadi dengan mengkaitkan segala sesuatu dengan agama. Membunuh atas nama agama, Membuat perbedaan atas nama agama, seolah-olah kita lebih istimewa (apakah benar kamu istimewa dari yang lain??). Apakah kita masih layak menjadi unsur manusia yang patut hidup di muka bumi ini???. Kekuatan dari higher self kita yang harusnya menjadi energi spiritual yang suci, namun dikotori dengan energi negatif dari alam bengis kita. Alangkah begitu disayang kan ketika kita membatasi kemampuanNya. Dengan hanya membatasi diri secara text book tanpa melihat apa yang terjadi di luarNya, di depan mata kita sendiri, Tidakkah kita bisa sedikit berlogika? untuk kebaikan dan kedamaian dunia ini?. Tuhan itu ada dalam diri, bukan ada pada buku semata, buku itu menjadi Agung ketika Nilai-nilai kebaikannya hidup padamu. Jangan meyakini Tuhan pada bukumu tapi yakinilah Tuhan yang ada dalam diri kita masing-masing.
Kerukunan Umat Beragama |
Saya mengkaitkan yang terjadi saat ini, pada beberapa tahun ini. Begitu banyak persoalan kemanusiaan (Bukan Agama) yang terjadi di bumi ini dan di Indonesia pada khususnya. Pengusiran suatu kelompok dari suatu daerah yang berbeda faham dikaitkan dengan agamanya. Pertikaian di daerah konflik dikaitkan dendam lama atas nama agama yang bertikai masa lalu. Kebebasan berkelompok dalam melakukan keyakinan, yang bahkan diakui secara hukum. Pertempuran di Gaza yang dikaitkan dengan Agama, Terorisme, bangkitnya organisasi-organisasi Radikal, yang mengancam akan membunuh atau memusnahkan kawanannya di bumi ini yang berbeda landasan Agama, atas dasar "pembiasaan" dari Agama itu sendiri, menghancurkan tempat-tempat yang berdasarkan keyakinan kita tempat yang luhur dan bersejarah bagi suatu umat agama. Saya terkadang hanya miris, betapa tersesatnya pemikiran kita. Hanya dengan kepentingan golongan dan kelompok kita membakar hati dengan bara api yang luar biasa hebat menjadi kebengisan, menjadi energi spiritualitas negatif yang luar biasa, berupaya menegakkan nilai-nilai keagamaan itu dengan yang nilai-nilai yang berlawanan dengan agama itu sendiri. Memanfaatkan teknologi dan kemajuan dalam mengajak dan bergabung demi alasan penegakan keagamaan? Menimbulkan kekacauan dengan bertentangan dengan pengertian dasar agama itu sendiri (Agama berasal dari kata A'gam berarti tidak kacau).
Kedamaian ada,ketika kita menerima perbedaan |
Kesimpulannya; berarti siapa yang salah ?"Agamanya"? lantas apakah "Agama" itu menjadi sumber kekerasaan? Sehingga masih perlukah "Agama" itu ? lantas kita mengikuti lagu john lennon yang berjudul "imagine" (seandainya tidak ada surga, neraka, aman damai tentram dan sesuka hati melakukan apapun)??? Atau Bisakah saya katakan yang salah itu kita sendiri? mahluk hidup yang paling tinggi derajatnya diantara mahkluk hidup lain, yang mempunyai akal dan pemikiran yang sehat ("yang sekarang banyak yang sakit")..? itu adalah salah kita sendiri 'Higher Self kitalah yang menciptakan Tuhan yang pembenci dalam diri kita, bukan agama kita yang pembenci, keyakinan kita yang menyatakan bahwa kekerasan itu ditegakkan dalam agama. Tidak ada yang sanggup mengubah diri kita, kecuali kita sendiri dengan menerima hal-hal baik dalam diri kita sendiri dari apa yang kita pahami, Dari hal yang terkecil semoga akan menjadi hal yang besar yang membawa perubahan dalam dunia ini. Tolak Kekerasan dalam nama apapun, Tolak paham-paham radikal yang tidak berperikemanusiaan, dan rawatlah keyakinan menurut Agama yang anda anut, Karena saya yakin Tidak ada satu agama pun yang mengajarkan Kejahatan.
"Heal the world, Make it a better place".
"For you , for me and the entire human race"
"For you , for me and the entire human race"
Toleransi umat beragama |
"Salam Perdamaian."
BY : Agustinus Cook Siallagan
BY : Agustinus Cook Siallagan
No comments:
Post a Comment