Tiba di Bandara Pattimura merupakan suatu Pemandangan yang sangat kontras bagi saya, ketika Pesawat yang saya naiki pertama kali memijakkan rodanya di tanah Ambon, Maluku. Mata saya memandang keluar dari sisi jendela pesawat, melihat fasilitas bandara yang terbilang cukup sederhana, beserta beberapa pesawat Angkatan Udara dan Pesawat-pesawat kecil berbaris teratur yang melayani penerbangan khusus daerah paling Timur Indonesia, Papua dan wilayah Maluku lainnya. Wajah-wajah baru, dialeg khas maluku, serta bahasa baru merupakan pengalaman pertama ketika memijakkan kaki di tanah Ambon Manise. Selepas mengambil bagasi, ternyata sudah banyak saudara-saudara tiri yang menanti kedatangan di Terminal kedatangan Bandara, yaaaaa.... saudara dari Adam Dan Hawa, para porter serta supir "taxi gelap"yang sudah menanti dan mengarahkan mata ke arah saya, serta mencoba mengangkat barang bawaan milik saya dengan gestur memaksa, Begitulah sekelumit kisah kalau di Bandara ini, Jika Mereka melihat wajah terkesan "baru".
Makanya harus sedikit menegaskan mimik wajah ketika menolak, atau segera lah naik ke bus Damri jika ada kesempatan, wkwkwkwkw. Namun akhirnya saya yang kebetulan bersama dengan teman yang berasal dari Lombok (si kales sampi jamak,, hahahha) yang akan bekerja disini akhirnya pasrah, Seorang supir yang sedikit keras kepala berdiri kokoh di hadapan kami dengan wajahnya yang hitam sangar dan setia menunggui kami hingga hampir 40 menit, akhirnya kami pun menyerah dan 150 ribu sampai ke kota ludessss. Rasanya mahal memang, namun ya sudahlah karena sudah merasa kepanasan di bandara terpaksa menyerah dan berangkatlah kami ke kota Ambon yang akan menjadi tempat petualangan baru.
Dalam perjalanan menuju kota mata saya tertuju ke pemandangan luar, melihat alam Maluku dan Teluk Ambon yang masih asri ditemani udara khas laut yang menemani perjalanan, wajah-wajah baru khas ketimuran menjadi wajah yang saya lihat di perjalanan, membuat saya merasa sedikit asing di tempat ini, namun sejujurnya saya Hitam juga, jadi orang Ambon tidak akan tahu bahwa saya orang asing anak batak, hehehe. Akhirnya sampai di kota Ambon dengan perjalanan hampir 1 jam. Seorang teman dari instansi kami sudah stand by menyambut kami di tempat yang sudah ditentukan, kalau tidak salah namanya Hotel Manise, waaah, akhirnya sampai juga. "Welcome to amboina ",,, katanyaa,, " But In indonesian mix with the javanese Dialeq" ( Mas Bro Dhani asal jogja sang bapak Kos satu bulan). hahahaha .. thx mas Dhan.
Kota ini menjadi pusat petualangan baru kami, sebenarnya sedikit berat meninggalkan kota Medan dengan kemegahan dan keramaiannya, ditambah sempat mencicipi kehidupan Kota Jakarta selama seminggu sebelum akhirnya berangkat ke Negeri Maluku Nan Jauh Di Mato(ga nyambung), Ditambah lagi kota ini memiliki sejarah dengan masa-masa kelam pada tahun 1998 yang sempat membuat saya enggan untuk berangkat ke tempat ini, fasilitas hiburan yang sederhana, orang-orang dan lingkungan yang baru merupakan tantangan untuk berangkat ke tempat ini sebelumnya, Namun dengan tekad dalam hati saya akan bertahan ,meski menjalani kehidupan di tempat baru memang secara manusiawi akanlah memunculkan sedikit stres, saya sempat berpikir bahwa saya tidak akan pernah nyaman tinggal di tempat ini, tetapi saya yakin bahwa semua ini adalah rencana yang Maha Kuasa, saya tetap berharap bahwa tempat ini akan memberikan sedikit kehidupan.Beberapa minggu memang terasa monoton, tetapi semakin hari akhirnya saya mampu sedikit beradaptasi dengan tempat ini, ternyata Ambon adalah sebuah kota dengan penduduk yang ramah, mirip-mirip daerah asal saya juga, walau wajahnya terbilang sangarnamun sapa-menyapa merupakan hal yang sangat sering kita jumpai di tempat ini, hal itu merupakan nilai plus yang tidak saya duga ,
Salah Satu Pemandangan Jalanan Kota Ambon |
Kota Ini aman dan tentram, meskipun kisah masa lalu telah membuat sedikit jarak antara kedua pemeluk agama yang bertikai pada masa lalu. namun tidak seperti yang orang katakan, kota ini aman dengan keramahannya.
Pada suatu kesempatan saya bersama teman-teman kantor berwisata ke suatu tempat yang mana cukup menjadi primadona di kota Ambon , yaitu Pantai Liang dan Pulau Pombo Maluku Tengah, suatu pantai yang memiliki pasir putih serta air biru yang sangat indah, membuat mata saya terbuka lebar, sedikit mengucapkan kekaguman dalam hati atas karya yang Maha Kuasa, Ternyata tempat ini menyimpan segudang keindahan yang belum banyak di eksplorasi. Tiba di pantai Liang membuat ingin segera melompat untuk menceburkan diri, karena laut nya yang biru dan bersih. sungguh fenomenal bagi saya pribadi, karena ini adalah pengalaman pertama melihat lautan yang sangat biru, terlebih saya yang asalnya dari daerah Danau Toba yang airnya tidak akan pernah saya temui sebiru ini.Memang salah satu kelebihan daerah timur adalah lautannya yang sangat memukau, serta karang-karang yang banyak akan kita jumpai di daerah ini.
Pantai Liang |
Untuk sampai ke tempat ini kita harus menempuh perjalanan sekitar 35 menit dari Kota Ambon, tidak ada kendaran umum yang melewati tempat ini, namun kita dapat menyewa Mobil angkutan umum atau Mobil pribadi dengan sebutan "Oto pangkalan" bagi penduduk lokal.
Terakhir kali kami menyewa Mobil type kijang Innova dengan harga 400 ribu rupiah, namun untuk 8 orang merupakan jumlah yang cukup terjangkau, selepas menikmati pantai liang,kami berangkat ke pulau terpencil tak berpenghuni, yaitu Pulau Pombo yang merupakan tempat konservasi khusus bagi satwa khas pulau ini yaitu burung pombo. Kami menempuh Pulau Pombo dengan sebuah perahu nelayan, Perahu yang kurang stabil untuk membawa 8 orang penumpang, karena Perahu di tempat ini bukan merupakan perahu khusus wisata, harga sewanya cukup mahal memang, sekitar 400 Ribu Rupiah, namun tak apalah, demi rasa penasaran yang sudah memuncak. Akhirnya kami berangkat ke tempat itu, sesekali perahu dipermainkan oleh ombak, beberapa teman ketakutan sambil tertawa terbahak-bahak, saya mengarahkan pandangan ke wilayah pesisir Maluku Tengah yang sangat indah, Pohon kelapa berbaris teratur, dan perahu nelayan yang tengah sandar menambah hiasan pesisir pulau yang terlihat seperti lukisan,
Hampir mendekati Pulau Pombo yang hanya ditempuh dengan 15 menit menggunakan perahu nelayan yang kami sewa, karang-karang tampak kelihatan di pantai yang dangkal. akhinya sampai juga setelah perjalanan yang mendebarkan. Pulau Pombo memang luar biasa, fantastis, Pulau kecil itu hanya berukuran setengah lapangan bola, dengan pesisir dangkal yang menjadi pertemuan dua arus laut tempat ombak "bertarung", hamparan pasir putih nan memanjang membuat mata ini dimanja, Di bawah laut pemandangan tak kalah menarik,ternyata Indonesia Timur menyimpan aset yang luar biasa bagi negeri ini.
Pantai Pombo |
Tampak salah satu Pemandangan karang yang terlihat jelas di pantai Liang |
Saya dan Saudara Sampi Dino |
Mas Bro Dhani in Style tersesat di Pulau Tak berpenghuni. hahhaha |
Pasir Putih Sepanjang Pulau Pombo |
Beauty In The Beach Pombo Island |
Di balik kegundahan hati , ternyata Tuhan menyimpan rencana besarbagi saya untuk dapat menikmati sebagian kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah , khususnya Wisata Bahari yang sangat menyimpan potensi yang sangat besar bagi devisa sumber pariwisata Indonesia, harapan saya semoga wilayah-wilayah timur Indonesia yang menyimpan aset kekayaan alam bahari semakin diperhatikan, dan dapat lebih dikembangkan lagi, bagi anda yang berencana untuk datang ke tempat ini, saya pastikan tidak akan ada penyesalan, namun mungkin sedikit kendala di transportasi. tapi pasti anda merasa sepadan ..
Tunggu kisah saya selanjutnya lebih banyak lagi tentang Maluku, see you..
Penulis : Agustinus Cook Siallagan
Photo by : Reynaldo Biantoro
Photo by : Reynaldo Biantoro
Keren banget pantai Liang nya Gus... penasaran pengen ke sana... beruntungnya dirimu... eh, burung pombo yang jadi ikon pulau pombo itu mana fotonya, kok ga dibuat? overall, kerennn...
ReplyDeleteiya kriss, kmrn di cari cari ga nongol ,, hahaha,, udah langka ,, sejenis merpati kok , tapi hidupnya berkelompok ,, kmrn cuma lihat dari jauh m ga di foto sama camera man ,, hahaha, lain kali , yuaaaaa
Deletethx